Wednesday, September 22, 2010



about a week ago, I wrote a comment on Sitta Karina's blog. in her blog, she wrote about what is her passion, and told us, the reader, to write about what is (are) our passion(s). the 3 people who write the most interesting comments, will win a copy of her novel, Circa.


so with nothing to lose, i wrote this at her comment page:


passion saya ada 2.

psikologi dan menulis.
sejak dari kelas 3 SD, saya sudah mengetahui bahwa saya ingin menjadi psikolog. di usia itu, saya sudah tertarik membaca berbagai artikel dan ulasan di majalah yang membahas permasalahan psikologis.

setelah menjadi mahasiswa fakultas psikologi (dan kini sudah lulus), saya semakin merasa jatuh cinta terhadap ilmu itu, dan yakin bahwa berkecimpung di dunia psikologi adalah pekerjaan yang ingin saya lakukan dan sebuah hal yang selalu mampu membuat saya bersemangat dan rela mengerahkan semua kemampuan saya.
lalu menulis.
menulis bagi saya adalah suatu hal yang bersifat personal. menulis telah membantu saya untuk melewati dan memahami lebih baik beberapa masalah besar yang pernah saya hadapi, karena dengan menulis saya dapat mengeluarkan dan menata kembali semua pemikiran yang ada di kepala dengan lebih baik.

saya bersyukur karena saya merasakan passion terhadap dua bidang tersebut, karena memiliki passion di dunia psikologi dan menulis telah banyak membantu saya selama ini. dengan pengetahuan yang saya miliki sebagai sarjana psikologi dan juga manusia yang telah merasakan beberapa pengalaman -yang walaupun pahit- tetapi sangat berharga, dan juga seseorang yang mempunyai gairah untuk menulis, saya dapat membagikan beberapa buah pemikiran saya kepada orang lain. saya dapat menceritakan beberapa pengalaman dan pelajaran yang telah saya lewati, sehingga (hopefully) tidak ada orang lain lagi yang perlu merasakannya.
dan untuk kedepannya, saya akan terus berusaha untuk bekerja di dalam bidang yang sesuai dengan passion saya. karena tidak ada orang yang lebih beruntung, dibandingkan orang-orang yang memilki gairah dalam pekerjaannya dan mencintai apa yang ia lakukan.
cheers! :)

and just this afternoon, i received a message at my Facebook inbox from her!
she's telling me that I won one of her book. wow, isn't that cool?
haha i know, it's just one book. but, still. It always feels good to win something, isn't it? 
can't wait for the book to arrive ;)

so how about your day? feeling lucky today?
well, no matter what, let's keep the positive attitude and cheers!

Thursday, September 9, 2010

Person I cannot Forgive



besok adalah hari raya Idul Fitri yang ke-1431 H. 
Seiring dengan akan datangnya hari raya lebaran ini, hari ini saya cukup banyak mendapatkan ucapan selamat hari raya dan permohonan maaf lahir dan batin. sama seperti yang lain, hari ini saya juga mengucapkan permohonan maaf lahir batin tersebut ke beberapa teman-teman dekat saya dan mempostingnya di beberapa jaringan media sosial.


akan tetapi, mendapatkan ucapan permohonan maaf seperti itu, jadi membuat saya terpikir sesuatu. 
Apakah semua permohonan maaf serta pemberian maaf yang saya lakukan hari ini adalah sesuatu yang secara tulus datang dari hati?


kalau mau jujur, sebenarnya apa yang saya lakukan hari ini lebih mengarah kepada kebiasaan. setiap akan lebaran, sepertinya setiap orang berlomba-lomba meminta maaf, sehingga saya pun juga jadi terbiasa untuk melakukannya. jika saya tidak ikut melakukannya, maka akan terasa aneh, beda sendiri, dan tanpa sadar rasanya ada tekanan sosial yang memaksa saya untuk ber-konformitas, ikut-ikutan agar sama dengan yang lain.


padahal kalau harus mengaku, hari ini saya tidak benar benar merasa bersungguh sungguh ketika membalas semua ucapan yang dikirimkan teman-teman kepada saya.
setiap ucapan 'mohon maaf lahir dan batin' hanya akan saya jawab 'sama-sama yaa'. tetapi di dalam hati sebenarnya saya bertanya-tanya, "minta maaf buat apa sih? rasanya bahkan saya hampir sudah tidak pernah berkomunikasi dengan orang yang meminta maaf itu, jadi bagaimana dia (atau saya) bisa saling membuat salah kepada satu sama lain?"


dan justru kepada satu orang yang seharusnya saya beri maaf dengan penuh kelapangan dada, tidak saya berikan. dan sebaliknya, saya pun tidak mau meminta maaf kepada dia.


saya akui. Ya, saya masih mempunyai dendam padanya.


Tidak, ini bukan disebabkan karena sakit hati lagi. sakit itu sudah hilang berbulan bulan yang lalu, ketika saya telah memahami semuanya dan melihat betapa pengecutnya dia.
tetapi saya masih marah, karena walaupun rasa sakit itu sudah tidak ada, tetapi saya masih ingat bagaimana rasanya. 
saya masih ingat sakit yang saya rasakan, and as devil as it sounds, di setiap kesempatan yang saya punya, saya selalu menggunakannya untuk membuatnya merasakan setidaknya sedikit dari apa yang dulu saya rasakan. 


dan sekarang, di hari yang fitri ini, saya masih tidak bisa memberikan maaf kepada orang tersebut. ataupun meminta maaf, karena bagaimanapun saya juga pernah melakukan satu dua hal yang kurang menyenangkan secara sengaja kepada dia (yes, guilty! haha). 
dan saya tidak tahu apakah saya akan pernah bisa memaafkan dia pada akhirnya. 


hmm dan rasanya mungkin tidak akan pernah bisa. setidaknya, tidak akan bisa, sebelum ia dengan berani dan berjiwa besar mengakui kesalahannya terlebih dahulu.




p.s: saya tahu, ini bukan postingan blog yang penuh dengan nuansa idul fitri dan kebesaran jiwa. saya seseorang yang masih perlu banyak belajar. dan untuk urusan memberi maaf, yap. mungkin hingga kini saya masih menjadi seseorang yang mampu untuk 'holding the grudges' cukup lama. terutama bagi orang-orang yang benar-benar menyakiti saya. hehe.


but, still..


Happy Idul Fitri 1431 H

Dan bagi kalian yang merasa pernah tersakiti oleh tulisan atau pemikiran saya, dengan setulus mungkin saya ingin meminta maaf lahir dan batin. semoga kita bisa menjadi lebih baik di hari yang fitri ini :)


cheers!

Tuesday, September 7, 2010

Home



last night, as we went home with motorcycle after a rainy day, i saw people walked on the street.
as i watched them walking fast on the pavement, i started to guess where they're heading to.
and i think, although they might be heading to different directions, they must be going to some places warm, dry, and nice. 
where they get to meet people whom the hold dearly the most.
places they call home.




and as i thinking of this and holding him from behind on his motorcycle.
i realize this.
a home is not just a building. 
a home is not just a place for family.
because a home, is in everywhere and with everyone that make us feel safe and serene.
and while we ride through the misty and cold road,
i found my home. 
in you.




-dee-