Sunday, November 27, 2011

Life. Love. Passion.

hampir 4 bulan berlalu sejak tulisan terakhir saya, dan hampir 7 bulan sudah lewat sejak pertama kali saya meninggalkan Jakarta dan berangkat ke Semarang. Ada begitu banyak hal yang sudah terjadi, begitu banyak pengalaman yang memberikan warna, dan membuat saya bertanya-tanya sendiri, bagaimana bisa 7 bulan merubah begitu banyak?
it's definitely 7 months of wonder, and let me share this with you.


Life.
hidup saya mulai berubah pada bulan November 2010 yang lalu, ketika saya memutuskan untuk memilih jalur karir di perbankan. beberapa bulan setelah menjalaninya, saya tahu bahwa keputusan tersebut adalah keputusan yang saya sesali. tetapi pernahkah kalian mendengar tentang bagaimana, hal-hal kecil yang terjadi di masa lalu sebenarnya adalah potongan-potongan puzzle untuk melengkapi sebuah rencana besar yang lebih baik di masa depan?
Saya percaya akan hal tersebut, karena di kemudian hari keputusan yang saya sesali tersebut ternyata menjadi suatu jalan yang mempertemukan saya dengan berbagai pengalaman, petualangan, persahabatan, dan cinta. 

Maret 2011 merupakan bulan dimana saya mendapatkan penugasan pertama. my heart almost sank when i heard the announcement. I got Semarang. sejujurnya, dengan pengetahuan Geografis setingkat Amoeba, saat itu saya bahkan tidak tahu Semarang berada di Jawa bagian mana. semuanya terdengar begitu asing, dan kenyataan hidup bahwa semua keluarga saya tinggal dan beranak pinak di Jakarta, membuat segalanya terasa lebih menakutkan. pindah ke Semarang secara otomatis akan membuat saya tinggal di kota yang belum pernah saya kenal, sendirian. belum lagi ditambah dengan kenyataan saya harus bekerja disana, lengkap dengan semua tekanan dan stres yang diberikan.

but somehow, deep down in my mind, i feel like everything is gonna be just fine. saya cemas, tetapi seperti ada keyakinan bahwa apapun yang terjadi, akhirnya akan baik-baik saja.
dan dimulailah perjalanan saya menuju Semarang. kota dimana semuanya berawal :)

minggu-minggu awal di Semarang, saya bertemu sekelompok orang-orang ini.




kebanyakan dari mereka adalah para perantau yang terdampar di Semarang seperti saya, dan bersama mereka, Semarang terasa seperti rumah kedua. Saya hanya menghabiskan waktu 5 bulan di kota itu, tetapi petualangan dengan mereka semua membuat saya merasa mengenal hampir semua sudut kota Semarang jauh lebih banyak dibandingkan Jakarta.

Saya sangat menyukai petualangan dan travelling. Tetapi walaupun travelling selalu masuk ke dalam daftar hobi saya, sejujurnya selama di Jakarta saya hanya pernah mengunjungi Bandung, Puncak, Carita, Lampung dan paling jauh adalah Bali dan Singapura. Ketika berada di Semarang lah saya baru dapat merasakan petualangan dan travelling yang sesungguhnya :D
Jepara adalah kota pertama yang saya kunjungi ketika berada di Semarang. Dengan menaiki sebuah Jeep tua, saya dan teman-teman melintasi jalanan luar kota di Jawa Tengah. It was amazingly sooo muuuch fun! Kami seperti berada di sebuah petualangan off-road, melintasi jalan malam dengan Jeep besar dan kaca mobil yang terbuka lebar. Ditambah lagi perjalanan kali ini baru diputuskan di menit-menit terakhir, sehingga dengan gaya backpacking saya hanya membawa 2 pasang baju dan uang 100 ribu. 





Perjalanan-perjalanan selanjutnya ke Kudus, Jogja, Solo, Surabaya, dan Malang pun selalu dilakukan dengan cara yang sama. Semuanya penuh dengan spontanitas, and life is about right here, right now!

Bersama dengan mereka, Semarang mengajarkan saya mengenai persahabatan dan bagaimana menerima orang dengan tangan terbuka. Saya termasuk orang terakhir yang datang ke Semarang, dan sebelum saya datang semua teman-teman saya sudah saling mengenal satu sama lain. Tetapi dengan terbuka mereka menerima saya, dan hal yang sama pun terus terjadi dengan orang-orang baru yang datang ke dalam lingkaran pertemanan kami. Satu hal yang selalu saya ingat setiap bertemu dengan mereka adalah, sesi pertandingan UNO kami yang bisa berlangsung berjam-jam lamanya, dari sore hingga tengah malam. it's almost like a tradition, i think :D

Di Semarang saya belajar menikmati hidup. saya belajar bahwa kebahagiaan tidak sulit untuk diperoleh dan dapat muncul dalam berbagai hal, bahkan pada hal paling sederhana sekalipun. saya belajar untuk menikmati kegembiraan yang muncul ketika kami menjelajahi Pantai Bandengan dan sepanjang Pulau Panjang dengan baju yang basah, lalu kering silih berganti. saya belajar untuk tertawa lepas saat kami semua duduk di angkringan dan lesehan di berbagai penjuru kota, menikmati gudeg, es coro-coro, nasi kucing, dan berbagai macam makanan lainnya yang saya yakin tidak akan pernah saya beli saat hanya sendiri. saya belajar untuk menikmati perjalanan dengan bus malam, tempat duduk yang sempit, dan mensyukuri setiap waktu tidur yang diperoleh. saya belajar, untuk menikmati alam sebagaimana adanya.



Passion.


"I try to build my career by doing the things that I really love. For me it is never about the prestige or a better salary. Choose your passion rather than your desire for money. It would be like Holiday all year long!"

saya menemukan tulisan ini di salah satu akun twitter yang di retweet oleh @ReneCC, salah satu career coach yang cukup menginspirasi saya. tulisan ini saya temukan ketika masih bekerja di Semarang, dan menjadi salah satu pendorong cukup kuat yang membuat saya memutuskan mengejar passion.

Do you ever have a passion? things that you would happily do, no matter how hard it is?

I do.
sejak kelas 3 SD, saya selalu ingin menjadi seorang psikolog. ini merupakan kisah panjang yang bermula dari sibling rivalry dan berakhir pada keinginan untuk mempelajari ilmu psikologi. setiap langkah dan keputusan yang saya buat sejak SD hingga bangku kuliah, semuanya dibuat dengan satu tujuan.
Untuk menjadi seorang psikolog.

saya mencintai ilmu yang menjadi core compentency saya ini. Psikologi telah banyak berperan dalam mengajari dan merubah saya menjadi lebih baik, untuk memahami diri sendiri dan alasan dari berbagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitar. akan tetapi, tuntutan untuk mencari pekerjaan setelah selesai kuliah membuat saya tidak berpikir panjang ketika itu, dan langsung mengambil kesempatan pertama yang ditawarkan. 

Bukannya tidak bersyukur dengan pekerjaan yang saya peroleh, karena saya pun memperoleh manfaat yang sangat besar setelah bekerja di sana. tidak hanya jumlah gaji yang cukup besar untuk seorang Fresh Graduate, tetapi juga jenjang karir yang sangat baik, dan kesempatan luar biasa untuk mempelajari ilmu perbankan serta financial planning. tetapi bagaimanapun juga, itu bukanlah saya.

saya selalu merasa seperti orang lain selama berada di sana dan tertekan untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah bisa saya nikmati, bagaimanapun saya mencoba. semakin keras saya mencoba untuk beradaptasi, semakin besar keyakinan saya untuk berhenti memaksakan diri dan mulai berusaha mengejar impian yang sempat saya kesampingkan sebelumnya.
Saya hanya tidak mau menyesal.
saya tidak ingin melihat ke belakang 10 tahun dari sekarang, bertanya-tanya kemana saja hidup saya selama ini dan menyesali semua kesempatan yang sudah lewat.
Kesempatan yang bisa saya raih seandainya saya mempunyai keberanian dan sedikit kenekatan untuk mengambil resiko, demi kebebasan.

Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk mengambil jalan keluar. memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan saat itu bukanlah sebuah proses mudah seperti yang biasa dilakukan karyawan kebanyakan di perusahaan lain. Hal ini disebabkan karena posisi dan jabatan saya di tempat bekerja sedikit berbeda, mengharuskan saya melewati beberapa tahapan birokrasi yang berliku dan memiliki keberanian untuk menghadapi tentangan dan larangan dari pihak senior dan atasan.

But in the end, i made it.

the smell of freedom felt so good.
it's really good to have a hold of my life, once again, in my own hands.
now, i get to decide what i really want to do with my life.
 

dan hal pertama yang saya lakukan adalah mendaftarkan diri untuk mengikuti program pendidikan Magister Psikologi.
Yap. saya memutuskan untuk langsung mengejar mimpi saya.
Setelah beberapa tahapan tes, pada akhirnya saya resmi menjadi mahasiswa calon psikolog :)
Proses belajar yang harus saya lalui saat ini sebagai seorang mahasiswa magister tidaklah mudah. malah kadang kala saya merasa bahwa kini saya harus bekerja jauh lebih keras, dibandingkan dulu ketika bekerja di kantor. belum lagi, saat ini saya tidak mendapatkan gaji. kebalikannya, saya harus membayar ke universitas sejumlah uang yang hampir sama dengan jumlah gaji per bulan yang saya dapatkan dulu.


Tapi entah bagaimana, saat ini terasa jauh lebih menyenangkan.
Maybe this is what people called doing the job with passion.
Melelahkan, tapi rasanya super duper ikhlas dan bahagia :D



Love.

It's funny to think that I have to travel all the way to Semarang to find love.
To have someone so compatible with me, that it feels like we are another half to each other.
But i guess, that's just how life rolls. You never know with whom you're gonna end up with.

belum banyak yang saya tuliskan mengenai dia, so let me introduce him.
His name is Agi Gilang Pratama.
Dia adalah my whole package in one deal. Kenapa?

Karena dia adalah semuanya.
Ia adalah sahabat, sharing partner, teman jorok-jorokan dan melakukan kegiatan bodoh, serta pacar yang menjadi tempat terakhir saya bercerita dan berbagi sebelum mengakhiri hari.
Ada begitu banyak kisah yang saya alami bersama dirinya. Kisah bodoh dan lucu serta kisah manis yang selalu membuat saya tersenyum, tidak peduli berapa kali saya mengulangi kejadian tersebut dalam memori.

Pertemuan pertama saya dengannya terjadi di waktu yang sama dengan pertemuan pertama saya dengan teman-teman baru di Semarang. Setelah pertemuan tersebut, saya, dia, dan anak-anak lainnya banyak menghabiskan waktu bersama, terutama setiap weekend, untuk menjelajahi kota Semarang dan kota-kota disekitarnya.
Saya tidak tahu sejak kapan persahabatan saya dengannya menjadi berbeda dari persahabatan saya dengan yang lainnya. Yang saya tahu, saya sangat menikmati setiap waktu yang kami habiskan bersama. baik saat kami bermain UNO bersama yang lain hingga tengah malam di Peacock, atau waktu berdua yang kami habiskan untuk berbincang mengenai banyak hal dari jam 8 malam hingga 6 pagi keesokan harinya di restoran McDonald 24 jam.
Waktu tidak pernah terasa cukup ketika berada bersama dia.

Saya menyukai kepribadiannya.
Saya menyukai kedewasaannya dan atensi penuh yang dia berikan di setiap perbincangan kami.
Saya menyukai fakta, bahwa bersama dia, saya bisa membicarakan apapun.
Dari isu perbankan, rencana investasi dan harga IHSG hari itu, hingga ke isu sosial, seksualitas, dan dilema kaum gay serta topik diskriminasi dan prasangka yang selama ini saya pelajari selama kuliah.
Ia selalu bisa menjadi sahabat atau pacar, di waktu yang tepat, ketika saya membutuhkannya.


Saya mencintai kesabarannya.
Saya mencintai caranya memperlakukan saya.
Saya mencintai tawa gelinya setiap kali ia melihat kebodohan yang saya perbuat.

Bagaimana ia hanya bisa terperangah ketika tanpa sengaja saya menumpahkan kuah soto di wajahnya, sementara saya yang masih tertawa histeris menyadari kebodohan diri sendiri belum bisa melakukan apa-apa untuk membersihkan kuah tersebut.
Atau bagaimana suara tawanya selalu terdengar di telepon setiap malam, ketika saya membagikan satu lagi cerita tentang kecerobohan yang saya lakukan.
Ya. saya suka semua tentang dia.
Just like people said, love starts from simple things.

Kini kami sedang tidak berada di kota yang sama. Saya kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah, sementara ia tetap di Semarang untuk menyelesaikan kewajibannya. Tetapi, bagi saya, jarak bukanlah masalah. Because distance is just a number, as long as the hearts stay close.
And my heart, is right next close to you.