Tuesday, January 26, 2010

Florence Nightingale Syndrome


ke
tika sedang browsing iseng-iseng di internet untuk mencari quotes yang menarik, saya tiba-tiba mendapatkan quote dibawah ini dari film Ghosts of Girlfriends Past.

I was always attracted to assholes! You know what I mean, project guys that I thought I could fix? After you left I made a vow to myself to date only fully functional, well adjusted men - no more works is progress, no dirtbags - basically women!"
-Jenny Perotti, Ghosts of Girlfriends Past-
membaca kutipan diatas, saya langsung teringat lagi dengan sebuah notes di Facebook yang pernah dibuat oleh teman saya. Di notesnya itu dia menulis:
Suatu tempat,2005: seorang tmn pnh berkata, "Cha,aku ketemu seseorang.. Dr apa yg aku tau,dy bkn orang yg baik.. He's a very bad boy.. Tp dy skrg sdg berusaha berubah.. Dy ud insyaf n dy blg dy butuh aku utk dampingin dy krn dy syg n cinta sm aku.. Aku jg ga tau knp tp tnyt aku jg ud syg bgt sm dy skrg" Hasilnya? Temanku ini ditinggalkan begitu saja stlh disakiti berulang kali.. Skrg dy sdg terpuruk dlm kesedihan dan aku tak mampu berbuat apa2..
Suatu mlm,2009:
Seorang teman lain blg, "This guy I met,he's a bad guy u know.. But he's trying to fix it all and he loves me.. He said that his feeling is true n I don't have to doubt it. Ga tau knp gw sayang bgt sm dy,sayaaaang bgt."

Aku ga mau comment bnyk, di lubuk hati terdalam aku cm bs berdoa spy ini bkn deja vu.. Aku ga mau tmenku yg kedua terpuruk..
di notes ini dia menceritakan tentang kedua temannya yang pernah dan sedang menjalin hubungan dengan pria-pria yang tidak baik, kurang ajar, brengsek, well.. you name it.
dan dia sangat berharap agar temannya tidak disakiti dalam proses kedekatannya dengan pria itu.

kemudian, beberapa hari yang lalu seorang teman juga mengajukan pertanyaan seperti ini kepada saya. " Kenapa ya kita itu lebih cenderung suka dengan pria brengsek? cowok-cowok yang memang udah punya image negatif di depan orang-orang?"
ketika itu saya memberikan argumen, "hmm.. mungkin karena cowok-cowok seperti itu lebih menarik dan tidak membosankan kali ya. Dibandingkan pria baik-baik yang kadang justru terkesan terlalu ribet karena suka gak enakan. kadang kan jadinya malah risih sendiri kalau ketemu orang yang terlalu baik banget sampe kita jadi gak enak mau ngapa-ngapain."

mengingat kembali dua kejadian diatas dan membaca kutipan film tersebut, saya akhirnya menyadari bahwa selain argumen yang saya berikan diatas, ada alasan lain yang mendasari ketertarikan seseorang kepada, mengutip ucapan Jenny Perotti, Assholes. Dan itu adalah karena pada dasarnya wanita cenderung mempunyai perilaku yang saya sebut dengan Florence Nightingale Syndrome.

wow. Apakah ituu?

Florence Nightingale adalah seorang perawat yang terkenal karena dedikasinya untuk merawat para tentara perang yang terluka di medan perang. dengan usaha dan pengabdiannya, ia berhasil menaikkan tingkat kesembuhan para tentara dan mengurangi tingkat kematian di rumah sakit. Sehingga Florence nightingale syndrome (FNS) versi saya, adalah kecenderungan dimana kita selalu berusaha untuk 'merawat' sesuatu dan memperbaiki yang rusak.
Nah, ketika kita bertemu dengan seseorang pria tidak baik, kita kemudian dihadapkan dengan sesuatu yang rusak. irraparable damage.
the damage could be his soul, his attitude, his emotion, and any other melodramatic things, you name it.

Dan sering pada saat kita melihat seseorang yang seperti itu, naluri keibuan kita akan muncul, sama seperti pada saat kita melihat ada binatang yang terluka atau benda yang rusak. akan ada keinginan untuk memperbaikinya dan membuatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. dengan naifnya, kita pun percaya bahwa kita bisa membuat perubahan, bahwa kita mempunyai kekuatan yang bisa membuat mereka menjadi lebih baik.

Sebenarnya tidak salah untuk berpikir seperti itu.

Akan tetapi, kita juga harus menyadari bahwa kadang kala ada beberapa kerusakan yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi. dan ketika hal itu terjadi, lebih baik kita meninggalkan kerusakan itu daripada akhirnya malah melukai diri sendiri dalam proses untuk memperbaiki dan menyatukan kembali hal yang sudah rusak, apalagi jika hal ini melibatkan manusia lain. karena manusia adalah makhluk yang kompleks dengan pemikiran dan kepribadian mereka masing-masing dan kepribadian bukanlah suatu hal yang bisa diubah dengan mudah, semudah membalik telapak tangan.

mungkin diantara kita ada yang pernah bertemu dengan seseorang yang mendapat cap atau stereotip negatif dimata orang lain. dan kemudian seiring dengan berjalannya waktu, kita lalu menjadi lebih mengenal mereka, mengetahui pemikiran-pemikirannya, perasaan-perasaannya, serta mendengarkan keluh kesah mereka akan bagaimana mereka selalu dianggap jelek, bagaimana orang selalu memandang salah mereka. padahal mereka mempunyai alasan dibalik semua perilaku itu dan sedang berusaha untuk merubah keburukan mereka.

akan tetapi benarkah demikian adanya?

kadang kita harus melihat kembali semuanya dengan logika yang lebih jernih. berusaha memisahkan semua drama melankolis yang mereka bawa kedalam kehidupan kita, dimana kita berperan sebagai seorang juru selamat yang bisa mengangkat mereka dari kebobrokan, dan melihat kembali dengan pola pikir yang lebih sederhana lagi.
Jika, seseorang tidaklah seburuk yang dikatakan oleh orang-orang disekitarnya, maka mengapa ada begitu banyak orang yang mengatakan keburukan tentang dirinya?

saya adalah orang yang menganut pepatah "Kau yang menanam, maka kaulah yang menuai." sehingga setiap hal yang kita peroleh di dunia ini adalah hasil dari semua perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya di dunia. jika kita selalu berbuat kebaikan, selalu menghargai semua orang yang ada di sekeliling kita, berusaha untuk tidak menyakiti orang lain dengan sengaja, berbuat dan berkata jujur, serta selalu melakukan segala sesuatu dengan niat terbaik yang kita miliki, maka orang lain pun akan selalu memberikan kebaikan pada kita dan tidak akan ada (atau hanya sedikit)
orang yang akan membenci dan menjelek-jelekkan kita.

sehingga jika seseorang memperoleh begitu banyak pandangan negatif tentang dirinya, maka sangatlah pantas jika kita mulai berpikir bahwa mungkin memang ada sesuatu yang tidak baik dalam dirinya karena tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. dan jika memang ada sesuatu yang buruk di dalam diri seseorang, maka bukanlah tugas dan tanggung jawab kita untuk merubahnya.

Proses pendewasaan diri dan usaha untuk memperbaiki diri adalah sesuatu yang harus dimulai dari diri sendiri. seseorang harus berusaha untuk menjadi lebih baik demi dirinya sendiri dan bukannya untuk orang lain. Karena jika hal tersebut dilakukan demi orang lain maka sama saja dengan menggantungkan tanggung jawab dan membebani diri mereka keatas diri orang lain.
ketika seseorang berkata bahwa kita adalah alasan bagi mereka untuk berubah, menurut saya as much as it romantic, itu bukanlah alasan yang paling baik. K
arena dengan begitu mereka tidak mau benar-benar bertanggung jawab atas dirinya sendiri. dan perubahan yang dilandasi oleh alasan seperti itu tidak dapat dijadikan jaminan bahwa perubahan tersebut akan bersifat permanen. Karena bagaimana kalau disuatu saat kita tidak lagi mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi mereka? Kekuatan untuk tetap membuat mereka termotivasi? Apakah itu berarti kemudian salah kita jika mereka lalu kembali ke tabiat asli mereka?

Call me a pessimistic or a sinister, but I think we should stop trying to repair every damage things that we encounter and give that responsibility to the professional ones ;)


cheers! :)

p.s: tulisan ini hanyalah berdasarkan opini saya belaka tanpa adanya landasan teoritis apa pun. jadi dinikmati saja dan silakan diresapi, tetapi saya tidak bisa menjamin kebenaran empirisnya loh :D

p.s.s: kalau ada keberatan menyangkut notes yang saya masukkan ke blog ini, kasih tau saya saja ya. saya soalnya juga ragu antara memasukkan link dari notes ini biar ada credit to-nya atau dibiarkan anonimus saja. thanks :D

6 comments:

  1. deaaaaaaaaaa,,nice post de,,
    gw suka banget sama ini "engan naifnya, kita pun percaya bahwa kita bisa membuat perubahan, bahwa kita mempunyai kekuatan yang bisa membuat mereka menjadi lebih baik." kayanya kenaa banget di gw de,, :P

    ReplyDelete
  2. cituuyy thanks yaaa :))
    ahahaha hope this post could help you in some way..

    ReplyDelete
  3. once i read in a book, there is no way we could change a guy habit(s) if it didn't come from himself. we only could change a guy when he was still a baby.

    - D! -

    ReplyDelete
  4. mm, kalo tidak ingin merubah, tapi hanya ingin menerima kerusakan itu gimana de?

    akhirnya dapet celengan ayamnya yg selama ini dicari2,tp ada gompalnya di beberapa bagian (jengger, jalu, paruh).jadi akhirnya pasrah menerima..masih termasuk imbas florence nattingale syndrome gak de? hehehe

    arsanty :)

    ReplyDelete
  5. - D! -:
    that's exactly what I mean :D
    perubahan yg permanen itu memang cuma bisa dimulai dari dalam diri sendiri, bukan karena adanya orang lain. thanks for the comment, dhe :)

    ReplyDelete
  6. @arsanty:
    kalau memang kita sudah siap menerima dia apa adanya, tanpa berusaha atau berharap bahwa dia akan berubah kedepannya, menurut gue sih itu tidak termasuk syndrome ini, rin. hehe..
    kan memang tidak ada orang yang sempurna, dan yang bisa kita lakukan adalah menemukan our own 'imperfectly perfect' person who can completed us in his/her own way :)

    tetapi kalau kita bertemu seseorang yg sebenarnya tidak cocok dengan kita, atau yg mempunyai kekurangan yg tidak bisa kita tolerir, dimana kemudian dia berkata akan mengubahnya demi kita dan janji itu membuat kita terbuai..
    nah disaat itulah kita harus waspada agar tidak terjebak sindrom ini. karena seperti yang saya tuliskan diatas, perubahan perilaku itu tidak semudah membalik telapak tangan.
    perubahan itu harus dilakukan dengan usaha yg keras, tekad yg kuat, dan kesadaran bahwa perilaku mereka sebelumnya memang tidak baik.
    Bukannya hanya karena ingin menyenangkan perasaan orang lain atau dalam usaha untuk meluluhkan hati wanita ;)
    hehehe

    ReplyDelete